Tanning merupakan upaya
untuk membuat kulit nampak kecoklatan dan eksotis. Begitu juga pendapat tentang wanita cantik.
Wanita cantik di Indonesia sering diidentifikasikan dengan wanita yang memiliki
kulit putih. Para wanita seakan berlomba-lomba untuk mendapatkan kulit putih.
Mulai dari cara murah dengan menggunakan bahan-bahan alami pemutih kulit.
Memakai krim-krim yang banyak beredar di pasaran, hingga dengan cara mahal
seperti perawatan dokter. Namun berbeda di Eropa, saat ini sedang marak budaya
tanning.
Tanning sendiri dalam
bahasa inggris berarti mencoklatkan. Orang Eropa terutama wanita yang amat
tergila-gila dengan budaya kecantikan, akan menerapkan budaya tanning ini.
Berawal dari masyarakat yang hobi berjemur di pantai untuk menggelapkan kulit
mereka. Warga eropa berlomba-lomba menjadikan kulitnya terbakar berwarna
coklat. Dan diprediksi, budaya tanning akan marak pada tahun 2013.
Budaya Tanning Marak Di Eropa
Budaya tanning semakin
marak ketika banyak masyarakat menyimbolkan bahwa wanita cantik yang berkulit
coklat atau hitam. Para model berlomba menghitamkan kulit mereka. Oleh karena
itu, sekarang banyak klinik kecantikan dunia yang menawarkan perawatan untuk
tanning. Biayanya tentu tak sedikit, tanning memerlukan budget yang mahal dan
tak bisa sekali jadi. Butuh berulang kali melakukan tanning agar tak cepat
kembali pada warna kulit aslinya yakni, putih.
Di tengah perlombaan
memutihkan kulit. Ternyata muncul generasi baru kebalikannya yakni menghitamkan
kulit. Hasil tanning sendiri tak bisa pertanen. Apalagi jika kita memiliki
warna kulit yang sangat putih, tanning akan susah masuk. Butuh proses yang
panjang dan juga kocek yang tebal. Jika kita berpikir realistis, semua wanita
itu cantik. Tergantung bagaimana kita bersyukur baik memiliki kulit yang hitam
atau putih. Kita cukup percaya diri dan bersyukur pada Tuhan atas pemberiannya
yang sempurna.
Celine Shaine
0 comments:
Post a Comment